Di Indonesia, kita sesekali mendapat kesempatan untuk menyaksikan pemandangan langka berupa gerhana matahari baik total maupun sebagian. Meskipun begitu, kita tidak dapat serta merta melihat proses terjadinya gerhana matahari ini begitu saja. Karena, dikatakan bahwa menyaksikan gerhana matahari secara langsung dengan mata telanjang dapat menyebabkan kebutaan. Namun benarkah pernyataan ini? Bertentangan dengan apa yang dipercayai banyak orang, melihat gerhana secara langsung tidak benar-benar dapat membuat mata kita buta. Menyaksikan gerhana matahari secara langsung dengan mata telanjang paling buruk akan mengakibatkan keadaan yang disebut dengan "retinopati surya".
Keadaan ini terjadi ketika cahaya terang dari matahari membanjiri retina yang terletak di bagian belakang bola mata kita. Retina adalah tempat bagi sel-sel penginderaan cahaya yang membuat kita dapat melihat suatu objek. Ketika mereka mendapati rangsangan cahaya, mereka akan melepaskan suatu bahan kimia yang digunakan untuk mengirimkan informasi ke otak. Sayangnya bahan kimia juga dapat merusak retina jika dikeluarkan dalam jumlah terlalu banyak. Ketika retina mengalami terlalu banyak rangsangan oleh sinar matahari, mereka akan melepaskan bahan kimia ini dengan jumlah yang berlebih pula, sehingga dapat mencapai kadar yang bisa merusak retina. Kerusakan retina sering tidak dibarengi dengan rasa sakit, sehingga seseorang tidak akan menyadari bahwa retina mereka telah rusak.
Retinopati surya juga dapat disebabkan oleh menatap matahari dengan mata telanjang, meskipun ada beberapa orang yang dapat melihat langsung pada matahari untuk waktu yang lama tanpa rasa sakit. Banyak kasus dimana pengguna narkotika menatap matahari untuk jangka waktu yang lama, dan menyebabkan kerusakan serius pada retinanya. Para penganut sekte keagamaan pemuja matahari juga turut menjadi korban. Pada tahun 1988, misalnya, dokter mata Italia merawat 66 orang yang mengalami retinopati surya setelah ritual menatap matahari.
Para pengamat astronomi awal juga mengetahui tentang retinopati surya ini melalui pengalaman yang mereka dapatkan. Thomas Harriot, orang yang mengamati bintik matahari pada tahun 1610, pernah menulis bahwa pada tahun 1612 setelah melihat matahari, penglihatannya terlihat remang-remang selama satu jam. Lalu ada astronom Oxford, John Greaves, yang pernah mengatakan bahwa setelah mengamati matahari, dia melihat yang tampak seperti sekawanan gagak dalam penglihatannya. Dan dalam kasus yang paling terkenal, Isaac Newton yang mencoba melihat matahari di cermin, mengalami kebutaan sementara selama tiga hari dan mengalami penglihatan yang berbayang selama berbulan-bulan.
Tetapi, selama gerhana matahari, akan ada lebih banyak orang yang beresiko mengalami gangguan retinopati surya. Selain karena banyaknya orang yang penasaran ingin melihat proses terjadinya gerhana matahari, karena matahari tertutup sebagian, matahari menjadi tidak terlalu menyilaukan untuk ditatap, dan refleks pelindung mata seperti berkedip dan kontraksi pupil menjadi jauh lebih sedikit dibanding dengan hari normal. Sehingga mata pun akan sangat rentan terkena gangguan ini.
Dalam sebuah penelitian, yang dilakukan pada tahun 1999 setelah gerhana matahari terlihat di Eropa, 45 pasien menderita retinopati surya yang dirawat di sebuah klinik mata di Leicester di Inggris setelah melihat gerhana. 40 dari mereka telah dikonfirmasi memiliki semacam kerusakan atau gejala retinopati, sementara 5 dari mereka memiliki perubahan yang jelas terlihat di retina mereka. 20 pasien melaporkan nyeri pada mata, sementara 20 yang lain melaporkan masalah dengan penglihatan mereka. Dari kelompok terakhir, 12 orang melaporkan bahwa penglihatan mereka sudah kembali normal tujuh bulan kemudian, tetapi 4 dari mereka tetap mengalami gangguan penglihatan.
Penelitian juga menunjukkan bahwa walaupun banyak kerusakan yang dapat disembuhkan atau sembuh dengan sendirinya, beberapa mungkin akan bersifat permanen. Sebuah penelitian dilakukan pada tahun 1995 dan diikuti oleh 58 pasien yang menderita kerusakan mata setelah melihat gerhana pada tahun 1976 di Turki. Para peneliti melaporkan bahwa penyembuhan terjadi selama bulan pertama setelah gerhana, tetapi setelah 18 bulan, kerusakan apa pun yang masih tersisa menjadi permanen hingga 15 tahun kemudian.
Cara Menyaksikan Gerhana Matahari Secara Aman
Jadi, mungkin kita tidak benar-benar dapat mengalami kebutaan dengan melihat gerhana. Namun, seperti yang telah dijelaskan di atas, menyaksikan gerhana tanpa perlindungan yang tepat bisa meninggalkan kerusakan permanen pada penglihatan anda. Satu-satunya cara yang aman untuk melihat gerhana, menurut NASA, adalah dengan menggunakan filter matahari yang dirancang khusus, yang banyak tersedia di toko-toko teleskop, atau memakai kacamata tukang las no. 14, yang tersedia di toko-toko khusus pengelasan.
Jika kita tidak bisa mendapatkan semua peralatan di atas, kita masih dapat melakukan pengamatan gerhana matahari dengan aman menggunakan efek "Pinhole", yaitu dengan membuat sebuah lubang kecil di atas sepotong karton atau kertas kemudian kita dapat melihat gerhana melalui lubang tersebut. Atau juga dapat digunakan metode melihat gerhana secara tidak langsung dengan cara memproyeksikan bayangan matahari di tanah atau di layar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar